Pesawat Kertas
Pesawat Kertas
Persahabatan
Waktu itu kami masih bersekolah, bermain bersama merasakan keseruannya bermain dengan teman-teman. Petak umpet ini permainan yang sering kami mainkan ketika hari libur sekolah, sang penjaga mencari yang bersembunyi. Ketika bermain kami lupa waktu, melupakan segalanya. Seakan akan kami terlepas dari segala beban yang mengekang kami. Masa itu benar-benar menyenangkan, tak ada beban lepas seperti manusia yang memang tidak terikan dengan apapun.
Pelajaran akhir ini ada matematika, aku sudah ingin sekali pulang. karena aku dan keluarga ingin berpergian selekas aku pulang sekolah. Memang pelajaran matematika ini sangat sulit, akupun sampai butuh bantuan ibu guru untuk mengetahui beberapa rumus dan cara mengerjakan tugas-tugas matematika.
Kriing...!
Terdengar keras suara bel pulang berbunyi..
Sekalipunnya aku sering bermain dengan teman-teman, namun aku setiap pulang sekolah selalu pulang sendirian, karena teman-teman memang tidak ada yang sejalan dengan rumahku. Dalam kesendirian ketika bersepeda, entah mengapa aku merasa lebih nyaman sendiri seperti ini.
Walau begitu masa-masa kecil benar terasa sangat singkat. Semua teman masa kecilku, semuanya sudah dewasa. Berlangsung lama mereka melupakannya. Tidak masalah untuk hal itu, namun mereka juga benar tidak ingin bertemu lagi dengan teman lama. Apakah hal itu wajar? , Sepertinya tidak. seharusnya mereka merasakan rasa ingin berbicara dengan teman-teman lamanya.
Dari sekian banyaknya teman-temanku. Ada suatu momen yang benar aku ingat sampai aku dewasa.
Diperjalan pulang sekolah kubertemu hana, ia adalah kakak kelas di sekolah ku. Keadaan itu, aku sudah mengenalinya, karna ia sering aktif di beberapa eskul sekolah. Termasuk murid yang terkenal di sekolah dan sering berkumpul orang orang yang populer juga. Entah mengapa ku melihat ia jalan sendirian disini. Sebenarnya aku ingin menegurnya hanya untuk mengobrol santai saja sambil pulang.
"Hey.!"
"Bisa kesini sembentar"
akupun menghampiri hana.
"Ada apa?"
"Aku pingin dong nebeng bareng kamu.."
"Boleh.., ayo naik"
Entah mengapa aku spontan mengiyakannya. Namun ku heran entah mengapa hana seakan akan sudah kenal denganku.
"kamu Fahmi kan yang biasa main gitar di eskul musik?"
"Aku bukan Fahmi, aku Irde. Tapi iya, saya sering bermain gitar di eskul musik. Tapi, kok bisa ya kakak tau nama ku"
"tau dong, kamu itu keren. sering diomongin sama bocah cewek"
"Ah, begitu ya," kataku sambil tersenyum malu.
"Jadi, kamu suka bermain gitar?" tanya Hana sambil menatapku dengan penuh minat.
"Aku suka, tapi masih belajar sih. Cuma hobi kok," jawabku sambil mencoba menutupi rasa gugupku.
"Bagus juga punya hobi yang bisa membuat orang lain senang," ucap Hana dengan tulus. "Aku dulu juga suka main gitar, tapi sekarang udah jarang. Sibuk tugas dan eskul lainnya."
Kami berdua terus mengobrol sepanjang perjalanan pulang. Aku merasa nyaman dengan kehadirannya meskipun awalnya merasa sedikit canggung. Hana terlihat seperti orang yang mudah diajak berbicara dan dia sangat ramah.
Setelah sampai di depan rumah Hana, Hana mengucapkan terima kasih pada ku. "Terima kasih sudah diajak nebeng, Irde. Senang bisa kenalan denganmu."
"Sama-sama Hana. Semoga kita bisa ngobrol lagi lain waktu", jawab Irde sambil tersenyum.
Aku mengangguk sambil tersenyum balik, lalu melanjutkan perjalanan ke rumah dengan
perasaan bahagia. Pertemuan singkat dengan Hana membuatku menyadari
bahwa kadang-kadang kesempatan untuk bertemu orang baru bisa datang dari
situasi yang tak terduga, seperti hari ini. Tanpa di sadari Hana aku sudah menyelipkan Pesawat kertas di tasnya .Entah bagaimana nanti apakah ia meyadarinya atau tidak.
Komentar
Posting Komentar